BUDAYA "NGARET"

Budaya Ngaret

Sudah menjadi rahasia umum kalau di Indonesia marak akan "Kebudayan Ngaret". Telat bisa dikatakan terlambat, kata telat sendiri merujuk kearah ketidaksengajaan, berbeda dengan ngaret yang lebih condong ke kesengajaan dalam diri kita sehingga ngaret itu justru yang menyebabkan terlambat dan tidak sebaliknya. Ngaret adalah istilah bagi ketidaktepatan waktu, atau dengan kata lain terlambat karena mengulur-ulur waktu atau malas. Jam adalah penunjuk waktu, sangat tegas dan nyata namun kalau waktu bisa difleksibelkan, molor sebagaimana karet, itulah dinamakan jam karet atau Ngaret.
Kebiasaan terlambat memang bukan hal yang aneh lagi di lingkungan kita dan biasanya kita sangat akrab dengan istilah “jam karet”. Jam karet merupakan istilah yang merujuk kepada konsep “elastisitas” waktu, di mana sebuah waktu yang telah ditentukan bukan merupakan sesuatu yang pasti melainkan sesuatu yang dapat  diundur (dianalogikan dengan direnggangkan atau diulur  seperti karet). Istilah “jam karet” pun seakan sudah menjadi suatu budaya tersendiri di indonesia. Tentu saja ini bukan suatu budaya yang baik apalagi sampai mewarisi budaya ini dari satu generasi ke generasi berikutnya.

   Penyebab Orang Indonesia Sering Tidak Tepat Waktu
Jika ditanya apakah anda sudah pernah terlambat / telat, pasti jawabannya "Ya". Entah apapun telat itu, mulai dari telat makan, telat tidur, telat sekolah,telat ke kantor, telat janjian, telat rapat, dan telat telat yang lainnya. Kita pasti pernah mengalaminya atau mungkin malah sering melakukannya. Miris jika dikatakan secara gamblang, memang sangat tragis dimana suatu perbuatan yang bisa dikatakan "negatif" justru sangat booming disini. Dari sekian banyak orang, mungkin hanya segelintir orang yang benar benar menyikapi dan memerangi telat, ya mungkin hanya orang orang yang mendapatkan pencerahan dan bersikap kritis mengenai budaya di negara ini. Inilah Indonesia, Negaraku tercinta nan indah, dan yang sangat disayangkan adalah budaya ngaretnya yang sangat luarbiasa. Apakah seperti inikah cerminan bangsa agraris di negeri ini ?
Berikut adalah penyebab yang menjadikan budaya jam karet ini sulit dihilangkan dari kehidupan kita:
1. Orang-Orang Suka Menunda.
Suka menunda adalah penyebab utama dari budaya jam karet ini. Tak bisa dipungkiri, ada cukup banyak orang yang kerap menunda melakukan sesuatu. Misalnya menunda pertemuan, tentu saja hal semacam ini akan mempengaruhi waktu orang lain. Dan jika waktu seseorang sudah terganggu maka dampaknya bisa meluas ke berbagai hal lain. Mau tak mau, keterlambatan akan sering terjadi. Dan jadilah jam karet.

2. Orang-Orang Menganggap Bahwa Jam Karet Sudah Jadi Budaya.
Banyak orang yang merasa bahwa buat apa datang cepat, toh akhirnya acaranya pasti molor. Kira-kira begitulah persepsi sebagian orang, mereka menjadi malas datang tepat waktu (datang cepat) karena mereka meyakini bahwa biasanya acara akan jadi molor. Dari jam 9 jadi jam 9.30, dari jam 10 jadi jam 10.45 dan seterusnya. Dan kebiasaan ini sudah jadi habits, sudah jadi kebiasaan, jadi mau tak mau jelas tidak mudah untuk dihilangkan.

3. Kebiasaan Memaklumi Keadaan.
Di Indonesia bukanlah hal yang tabuh untuk memaklumi sesuatu, misalnya seseorang terlambat ke kantor. Lalu ia ditanya oleh atasannya, kenapa kamu terlambat? Macet Pak.
Ya hal semacam ini tidaklah asing bagi sebagian orang. Akan selalu ada saja alasan agar kita dimaklumi. Kebiasaan memaklumi ini jika terlalu sering dan lama maka menjadi tidaklah baik. Pemakluman yang terlalu sering akan mengakibatkan kita kurang tegas, dan kalau tidak tegas disiplin pun jadi susah untuk diterapkan. Alhasil imbas nya adalah kebiasaan jam karet menjadi kerap dimaklumi oleh orang-orang.

4. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Arti Disiplin.
Anehnya setiap kegiatan ataupun acara di Indonesia itu pasti: telat, molor, fleksibel. Banyak kegiatan yang akhirnya ditunda karena pihak pihak yang bersangkutan telat atau lebih tepatnya Ngaret. Dengan merebaknya budaya ngaret dan telat sudah menjadi cerminan buruknya tingkat kedisiplinan menghargai waktu para warga di Indonesia. Bahkan kalau bisa dikatakan mungkin Indonesia adalah negara dengan budaya ngaret yang sudah mendarah daging karena menurut beberapa artikel negara- negara di luar sana justru sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan ketepatan waktu. Kedisiplinan memang hal yang harus dibudayakan bukan malah telat atau ngaret yang justru dilestarikan. Butuh adanya kesadaran diri untuk disiplin dan tertib. Disiplin bukan tentang kepentingan orang lain akan tetapi justru kepentingan diri sendiri, dengan disiplin akan membuat hidup teratur dan berkesinambungan.. Jika sudah membuat janji pada waktu tertentu maka usahakan sebisa mungkin untuk tidak telat atau On Time.
Disipli ini juga harus diterapkan pada waktu shalat. Sholat dalam ajaran islam di seumpamakan dengan tiang agama, sesuai sabda Rasulullah Saw yang artinya “barang siapa mengerjakan sholat berarti menegakkan agamaya dan barang siapa meninggalkan sholat berarti meruntuhkan agamanya”. Dalam hal ini islam juga mengajarkan disiplin waktu, karena dengan disipilin manusia bisa mencapai cita-citanya. Dan dengan sholat kita diajarkan agar lebih menghargai waktu agar digunakan dengan sebaik-baiknya. Ini juga bisa disebut dengan sholat islam mengajarkan profesisionalisme.
Secara ringkas, untuk memberantas kebiasaan buruk ini diperlukan :
Pertama, kesadaran dari tiap-tiap orang. Memang jika membahas tentang kesadaran rasanya adalah suatu hal yang mustahil, karena setiap individu memiliki sifat dan tabiat yang berbeda akan tetapi disiplin yang ditegaskan dalam hal ini lebih menyangkut tentang kepentingan bersama, jadi sikap tentang kebersamaanlah yang harus dijunjung tinggi bukan ego masing masing individu. Kesadaran untuk menjadi disiplin juga bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri. Ketika kedisiplinan menjadi sebuah kebiasaan dan tingkah laku akan semakin bnayak pula orang yang percaya dan simpati terhadap kinerja kita yang teratur dan tepat waktu.
Yang kedua adalah konsisten, jika kita sudah sadar maka tinggal bagaimana kita konsekuen dengan apa yang kita lakukan . Bagaimana sikap kita akan diuji, bukan tentang siapa yang memulai untuk menerapkan sikap disiplin terhadap waktu akan tetapi siapa yang akan konsisten dengan sikap disiplin tersebut hingga menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan. Konsisten dengan apa yang dilakukan juga sangatlah penting karena akan percuma jika rencana yang sudah dirancang hanya dilakukan di awal dan tidak ada tindak lanjut atau kelanjutannya dalam jangka waktu panjang. Selain itu perencanaan juga diperlukan untuk meminimalisir masalah masalah yang akan terjadi kelak seperti kemalasan ketika proses penerapan sikap disiplin, maka dari itu perencanaan jangka panjang diperlukan. Akan tetapi Konsisten merupakan harga mati jika ingin kebiasaan buruk tersebut hilang. Karena disini kita akan berbicara tentang merubah tabiat yang notabene susah seklai untuk dirubah.
Dan yang Ketiga adalah Evaluasi, evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana kita melakukan perubahan dalam hal disiplin tersebut, selain itu evaluasi juga digunakan untuk introspeksi diri, yaitu mengoreksi apa yang kurang atau bahkan salah dengan apa yang telah dilakukan. Evaluasi hendaknya dilakukan secara periodik tertentu dan teratur agar bisa mengontrol yang kita diperbuat. Agar rencana yang sudah dirancang sebelumnya dapat terealisasikan dengan baik dan benar. Selain itu evaluasi juga sangat menjadi hal yang sanagt penting karen adengan evaluasi menentukan apakah rencana tersebut akan berkelanjutan atau tidak. Kelanjutan dari rencana untuk bersikap disiplin itu sangat penting karena untuk sampai taraf menjadi disiplin tersebut menjadi sebuah sikap dan tingkah laku harus dilakukan secara terus terusan agar tertanam juga dalam alam bawah sadar kita sehingga membentuk sugesti untuk selalu bersikap disiplin dimanapun dan kapanpun.


Dampak dari Budaya Ngaret
Budaya ngaret dapat menyebabkan dampak positif maupun negative. Akan tetapi lebih banyak dampak negatif dibandingkan dengan dampak positif. Brikut adalah dampak negatif :
1.    Rencana yang akan dilakukan menjadi berantakan.
Penundaan penundaan serta penguluran waktu yang dilakukan ketika ngaret jelas akan merusak schedule yang telah dibuat selanjutnya. Contohnya adalah suatu acara yang sudah dijadwalkan akan berlangsung dua jam dari jam 10 sampai jam 12. Kemudian rapat tersebut tertunda setengah jam karena peserta rapat banyak yang datang terlambat. Dengan asumsi rapat tetap dua jam serta waktu istirahat jam 12, maka telah terjadi pemborosan waktu, tenaga dan sumber daya listrik yang dikali setengah jam. Dengan asumsi rapat diakhiri jam 12, maka telah terjadi inefisiensi dalam pembahasan materi rapat yang cenderung akan dibahas secara tergesa-gesa karena kurangnya waktu. Inefisiensi juga akan terjadi pada rentetan kegiatan berikutnya karena keterlambatan rapat tersebut.

2.    Mengakibatkan rasa gelisah atau "Stress"
Karena mungkin ada rasa bersalah telah terlambat yang pastinya berefek negatif atau tidak menguntungkan bagi diri kita. Dengan adanya gangguan jiwa tersebut maka akan mempengaruhi psikologi orang tersebut bahkan bisa berujung pada kecelakaan fisik. Bayangkan saja jika kita diposisikan sedang dalam rapat yang bernilai investasi tinggi akan tetapi kita telat atau ngaret ketika datang, maka kemungkinan besar yang akan terjadi adalah kehilangan investasi besar tersebut. Akibat lain yang disebabkan oleh kehilangan investasi tersebut bisa berujung ke bunuh diri atau mungkin mengasingkan diri dari peradaban karena bisa jadi investasi yang telah hilang tersebut adalah investasi yang benar benar berharga untuk perusahaan tersebut, dan dengan kehilangan investasi tersebut maka perusahaan itu terancam bangkrut.
3.      Mengecewakan dan Membosankan Pihak Lain
Orang lain bisa menjadi kecewa, marah, bosan dengan tingkah kita yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik dalam hal penggunaan waktu.
4.      Mencemarkan Diri Sendiri dan Nama Baik Bangsa
Jika kita sering ngaret maka kita akan di cap sebagai seseorang yang tidak bisa tepat waktu. Bayangkan jika ini terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia, bangsa kita juga akan dicap sebagai bangsa yang memiliki kebiasaan / budaya ngaret.

Sedangkan untuk dampak positifnya adalah:
1.    Lebih Santai
Orang-orang di psikolog atau psikiater menyebut orang dengan kepribadian ini dengan tipe B yaitu kebalikan dari tipe A yang cenderung selalu menepati janji. Orang dengan kepribadian tipe B ini cenderung santai dan tidak terlalu menaruh perhatian terhadap waktu. Kebanyakan dari orang orang yang berkepribadian tipe B ini lebih cenderung memiliki prinsip alon alon asal kelakon dan menurut mereka terlambat ataupun ngaret bukanlah hal yang menyebabkan stress. Maka dari itu orang orang ini cenderrung memiliki resiko kecil terhadap penyakit penyakit yang disebabkan oleh stress dan secara tidak langsung kemungkinan hidup mereka akan jauh lebih panjang dibandingkan dengan orang yang berkepribadian tipe A yang selalu stress karena mempermasalahkan tentang waktu.


Cara menghadapi orang yang mempunyai kebiasaan jam karet:
·         Buatlah janji yang dimajukan jamnya. Misalnya acara jam 7, kita bisa membuat janji/undangan jam 6.
·         Beri pengertian kepada orang itu tentang kerugian tidak menepati janji yaitu membuat kesal orang yang menunggu karena akan merusak jadwalnya hari itu, membuang energi dan kerja tidak maksimal karena waktu menjadi pendek dan akibatnya pekerjaan dilakukan dengan terburu-buru, kerja sama tim jadi berantakan, pemborosan waktu bagi diri sendiri dan orang lain.
·         Bantulah untuk membuat jadwal harian agar memudahkan orang itu mempersiapkan segala sesuatunya. Misalnya ada acara jam 7 bantulah dia dengan membuat jadwal jam 5 untuk memulai persiapan.
·         Berikan pengertian bahwa kebiasaan tidak tepat waktu tentunya akan merusak citra pribadi dirinya dan pastinya berdampak kepada kesuksesan dalam hidupnya dalam berbisnis, bekerja, bermasyarakat dan bernegara.
·         Memberikan mereka hadiah atau kado untuk mengingatkan mereka akan waktu misalnya jam tangan atau jam dinding, sehingga secara tidak langsung kita menyindir mereka agar tidak keseringan terlambat.
 

Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan




Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan

Ilmu Budaya Dasar secara sederhana adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan . Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya untuk .


Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep.
  •    Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat,
budaya daerah dan budaya nasional
  •    Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi
            
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi,namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih,kebahagian,kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat. Dalam kesusastraan IBD dapat dihubungkan …
meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian dll. Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan. Konsep-konsep social dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan utntuk mempelajari masala-masalah social yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial, contohnya: Keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial bertolak .
Tanpa ada maksud menciptakan dikotomi dalam kesusastraan, ada perbedaan antara literatur biasa dengan sastra. Sastra memiliki sense of love yang lebih representatif. Sebagai contoh, literatur ekonomi dapat saja mencatat angka-angka … Ada benang merah yang menyatukan konsep kebudayaan kita. Tidak heran apabila para pendiri bangsa mampu melebur diri dalam Bhineka Tunggal Ika. Kearifan budaya lokal masih kuat.
  • Pendekatan Pada Bidang Kesusastraan
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Ilmu budaya dasar yang nama sebenarnya adalah Basic Humanities, yaitu berasal dari bahasa Inggris yakni the humanities. Istilah ini berasal pula dari bahasa latin Humanus yang artinya manusiawi, berbudaya dan halus.
Seni sangat berkaitan erat dengan masalah kemanusiaan. Karena seni adalah ekspresi yang bersifat tidak normatif, menjadikan seni lebih mudah berkomunikasi. Oleh sebab itu nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya. Sebab masalah kemanusiaan merupakan masalah yang sangat penting, yang perlu diperhatikan pula oleh mahasiswa.
Tujuan utama mata kuliah ini adalah supaya mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.
  • Nilai-nilai Kemanusiaan Dalam Prosa Fiksi
Sebagai bagian dari seni, yang lebih menekankan pada cerita. Mau tidak mau karya sastra ini langsung atau tidak langsung membawa moral, pesan atau cerita. Dengan kata lain dalam Prosa Fiksi mengandungg beberapa nilai yakni
  1. Memberikan kesenangan
  2. Memberikan informasi
  3. Memberikan warisan cultural
  4. Memberikan keseimbangan wawasan
  • Ilmu Budaya Dasar Yang Berhubungan dengan Puisi
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa puisi merupakan bagian dari seni sastra, sedangkan sastra merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian adalah unsure dari kebudayaan. Sehingga Puisi dapat diartikan ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikaan bahsa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan
  1. Figura bahasa
  2. Kata-kata yang ambiguitas
  3. Kata-kata yang berjiwa
  4. Kata-kata yang konotatif
  5. Pengulangan
Adapun tujuan penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
1. Makna hubungan puisi dengan pengalaman hidup
Penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Yang artinya manusia senantiasa ingin selalu memiliki salah ssatu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpalan pengalaman langsung yang terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itu puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.
2. Puisi dengan kesadaran individual
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk berfikir menurut hati nurani, baik untuk orang lain maupun diri sendiri.
3. Puisi dengan keinsafan social
Dalam puisi syarat dengan masalah sosial, yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Yaitu bisa berupa :
-  Penderitaan
-  Perjuangan
-  Konflik
-  Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Puisi-puisi umumnya sarat akan nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih.
Contohnya dalam puisi Rendra dengan judul “Episode” misalnya, melukiskan betapa kemesraan cinta begitu merasuk kedalam jiwa dua  sejoli muda-mudi yang menjalin ikatan cinta. Ataupun contoh lainnya Puisi Amir Hamzah denga judul “Padamu Jua” yang isinya merupakan ratapan hati yang hancur luluh karena tali cintanya yang telah begitu mesra dengan sorang gadis jawa direnggut dan diputuskan oleh ayahnya, yang menjodohkan dengan gadis pilihan ayahnya yang masih terbilang kemenakannya sendiri.


Sumber:
http://imstuff-it.blogspot.com/2013/04/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam.html

 

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



 
 
HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A. Apa itu manusia?

   Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:

• NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
• ABINENO J. I
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".
• UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
• SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar.
• KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan.
• I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
• OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
• ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
• PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.

B. Apa itu kebudayaan?


Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata"budhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan.  Sedangkan menurut definisi Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat, didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta :Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal 113, merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. 

Pengertian Kebudayaan dalam bahasa inggris disebut culture. merupakan suatu istilah yang relatif baru karena istilah culture sendiri dalam bahasa inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelumnya pada tahun 1843 para ahli antropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture. Hal ini bisa kita mengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Pada arti kiasan kata itu juga berarti "pembentukan dan pemurnian jiwa". Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture (New York ; Brentano's, 1924), hal 1, yang mendefinisikan pengertian kebudayaan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 
   
C. Hubungan antara manusia dan kebudayaan

     Kata manusia dan kebudayaan sangat berkaitan erat, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari yang namanya kebudayaan. Apa yang biasa kita lakukan pun itu bisa disebut sebagai kebudayaan.

     Pada dasarnya manusia baik sadar maupun tidak telah menciptakan kebudayaan mereka sendiri, misalkan ada seorang anak yang terbiasa bangun kesiangan dan kebiasaan itu terus terulang itu juga bisa disebut sebagai kebudayaan, yaitu kebudayaan kesiaangan hehehe.

     Kebudayaan pun bisa berasal dari nenek moyang kita yang diturunkan secara turun temurun, yang sampai saat ini masih sering kita jumpai di negeri ini adalah kebiasaan bercocok tanam dan melaut. Tapi ada juga yang termakan oleh zaman, seperti berburu pada zaman terdahulu berburu merupakan kebudayaan (kebiasaan) masyarakat, tetapi sekarang hanya untuk mengisi waktu luang saja (iseng).



D. Tujuan Ilmu Budaya

Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Berpijak dari hal diatas, tujuan mata kuliah ilmu budaya dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :

1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.

2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.

Jika diperinci maka tujuan pengajaran ilmu budaya dasar itu adalah :
1. Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.

2. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.


Dengan ringkas dapat disebutkan bahwa tujuan IBD adalah :

Perlunya Melakukan PEMBENTUKAN pemikiran yang Khususnya berkenaan dengan Kebudayaan dan Kemanusiaan,agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas.


Sumber:
-Buku Ilmu Budaya Dasar oleh Widyo Nugroho dan Achmad Muchji yang diterbitkan oleh Gunadarma. 
- http://denireja.blogspot.co.id
- http://deffanah.blogspot.co.id